Jumat, 30 Desember 2011

Aku dapat melihatnya

Aku dapat melihatnya
Matahari bangun dengan senyum yang menawan. Mega merah di ufuk timur serasa tak sabar menyambutnya. Perlahan tapi pasti sinarnya menerangi  belahan bumi yang ada di hadapanya dan meninggalkan belahan bumi yang lain, membangunkan insan – insan yang akan megawali harinya.  Burung – burung keluar dari sarangnya berkelana kesana kemari, bersiul saling bersahutan. Pohon yang kokoh berusaha meraih langit cerah  yang tak berujung.  Awan putih tak absen untuk  memperindah lukisan alam hari ini. Membuat setiap insan bersemangat melangkah menapaki harinya.
Keteraturan alam yang  tanpa kita sadari setiap hari berjalan, sesungguhnya nikmat yang tak terbatas yang patut kita syukuri. Mungkin bagi kita melihat matahari terbit setiap hari adalah hal yang sudah biasa dan memang sebuah sunnatullah matahari terbit di ufuk timur. Namun bagi orang – orang yang yang Allah sayang dengan diberi ujian kebutaan, melihat matahari terbit adalah sebuah cita – cita besar. Dapat dikata, mungkin, cita – cita terbesar untuk untuk bisa melihat segala nikmat Allah.
Melihat seperti apa matahari, yang tiap hari panasnya telah menghangatkan tubuhnya.  Melihat pemandangan indah yang menyertai terbitnya sang raja siang, langit cerah bak hamparan permadani luas dengan hiasan awan – awan elok. Melihat indahnya sinar matahari terbiaskan menjadi spektrum – spektrum warna. Warna – warna yang menghiasi dunia. Melihat aktivitas yang dilakukan setiap hari oleh manusia. Melihat wajah – wajah orang yang ada di sekelilingnya. Melihat senyum dan semangat yang ada di wajah saudara - saudaranya. Melihat perjuangan perjalanan hidup mereka. Melihat Maha karya ciptaan Allah berupa air, batu ,gunung, sungai, berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Dan mungkin tanpa disadari hal yang terindah yang ingin dilihat adalah melihat seperti apa dirinya sendiri.
Subkhanallah. Mata kita ternyata sebuah dari ribuan nikmat yang diberikan Allah untuk kita. Dengan adanya mata, aku dapat melihat indanya warna – warna dunia ini. Melihat orang – orang yang ada disekelilingku. Senyum, canda,tawa, sedih, sedu sedan mereka. Melihat ayah dan ibuku bersusah payah berjuang untuk anaknya. Melihat sosok ibu yang karenanya aku ada, ibu yang melahirkanku. Melihat guru dan dosen mentransfer ilmu untuk kita. Melihat pengamen memainkan gitarnya. Melihat anak kecil di perempatan jalan menyodorkan magkuk kecil di setiap mobil yang berhenti. Melihat petani kepanasan. Melihat nelayan yang kenyang meneguk asinnya kehidupan. Aku bisa membaca dan mengerti huruf dengan mudahnya. Tanpa harus membaca dengan meraba. Dimalam hari melihat bintang – bintang berkilauan serta keelokan purnama.
Yaa semua itu dapat dilihat dengan mata yang sehat dan normal. Proses yang terjadi untuk melihat sebuah benda ternyata merupakan sebuah proses yang tidak sedehana.
Allah mengeluarkanmu dari perut ibumu tanpa mengetahui sesuatu apapun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (An-Nahl: 78)
Proses penglihatan terjadi secara bertahap. Saat mata melihat benda, kumpulan cahaya (foton) bergerak dari benda menuju mata. Cahaya merupakan salah satu dari suatu spektrum gelombang elektromagnetik. Panjang gelombang cahaya adalah 400-700 nm yang dapat merangsang sel batang (rod cell) dan kerucut (cone cell) sehingga dapat terlihat oleh kita.  Cahaya ini menembus lensa mata yang selanjutnya membiaskannya dan menjatuhkannya secara terbalik di retina mata (bagian belakang mata). Sinar yang jatuh di retina mata ini di ubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan diteruskan oleh syaraf-syaraf neuron ke sebuah bintik kecil di bagian belakang otak yang disebut pusat penglihatan. Di dalam pusat penglihatan inilah (saraf optik yang berlanjut dengan lobus osipital sebagai pusat penglihatan pada otak besar ), sinyal listrik ini diterima sebagai sebuah bayangan setelah mengalami sederetan proses. Dalam bintik kecil inilah sebenarnya penglihatan terjadi, di bagian belakang otak yang sama sekali gelap dan terlindung dari cahaya. Bagian lobus osipital kanan akan menerima rangsang dari mata kiri dan sebaliknya lobus osipital kiri akan menerima rangsang mata kanan. Di dalam lobus osipital ini rangsang akan diolah kemudian diinterpretasikan.
Saat mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita hanya melihat efek-efek impuls yang sampai ke mata kita dan diteruskan ke otak kita setelah diubah menjadi sinyal-sinyal listrik. Jadi, saat kita mengatakan “kita melihat”, sebenarnya kita hanya melihat sinyal-sinyal listrik di dalam otak kita.
Subkhanallah, ternyata proses yang serumit itu terjadi hanya sepersekian detik untuk sekali melihat benda. Padahal kita melihat setiap saat. Tetapi sistem kordinasi yang terjadi tidak mengalami kebingungan dalam mengartikanya. Alhasil kita dapat melihat benda dengan sempurna tidak setengah – setengah ataupun tidak terbalik. Pantas saja ketika lampu mati atau dari kondisi terang tiba – tiba menjadi gelap ( atau sebaliknya) mata kita sulit untuk melihat benda – benda disekeliling dan perlu bebera menit untuk beradaptasi.
Ternyata mata kita memiliki keunikan berupa kerumitan cara kerja dan juga warna mata yang berbeda – beda. Perbedaan yang terlihat mencolok yaitu pada suku ataupun ras yang berbeda. Warna mata ini tergantung pada warna iris pada mata kita. Di bumi kita ini ada beberapa warna mata yaitu biru, coklat dan hitam.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” ( At Tiin : 4 )
Meskipun demikian ada beberapa kecacatan yang dapat dialami oleh mata walaupun mata tersebut masih dapat digunakan untuk melihat. Miopi ( rabun jauh ) biasa dialami oleh remaja dan dewasa, hal ini karena banyangan yang terjadi jatuh di depan retina sehingga tidak dapat melihat dengan jelas benda – benda pada jarak  jauh. Hipermetropi ( rabun dekat ) biasa dialami oleh dewasa tua, hal ini  karena banyangan yang terjadi jatuh dibelakang retina sehingga tidak dapat melihat dengan jelas benda – benda pada jarak dekat. Presbiopi ( mata tua ) biasa dialami oleh orang lanjut usia, presbiopi merupakan perpaduan  antara miopi dan hipermetropi. Buta Warna merupakan cacat mata karena tidak dapat membedakan warna, seperti warna biru, merah, hijau bahkan ada yang Cuma dapat membedakan warna hitam dam putih saja. Soooo, kita yang punya mata sehat jaga baik – baik mata kita dengan merawatnya dan menggunakan dengan semestinya sebagai wujud rasa syukur kita terhadap ALLAH SWT.
Fatimatuz zahroh
FMIPA UNNES
Krapyak, 26 Desember 2011
10:08 am

1 komentar:

tulisan anda sangat bagus ....

Posting Komentar